Virtual Cahaya

ich bin Gluckliche

Tentang Jalan yang Sunyi dan Mendamaikan

Sadar dan tidak menyadarinya. Ingin atau bahkan tidak menginginkannya. Waktu akan terus berlalu dengan kau menghendakinya atau tidak sama sekali. Ia tidak dapat berbalik seperti apapun kau membalikkan arah jarum jam dengan rangkaianmu. Seolah waktu itu tahu kemana ia harus pergi, padahal ia tak punya mata untuk berjalan, tidak punya telinga untuk mendengar, tidak punya denyut nadi untuk menggerakkan aliran darah dan hidung untuk menghirup udara baginya. Maka hanya engkaulah mempunyai segalanya organ dan semua indera itu.

Engkau sendiri tidak merasakan lapar yang berlebihan selama ini dan tidak punya ketidakcukupan yang berlebihan. Hari ini ada begitu banyak yang tidak melihatmu dan ia ingin seperti dirimu. Sehat dan lapang dadamu. Bagaimana dengan waktu? Ia hanya tahu berjalan. Juga berjalan dengan tidak masuk akal, kemana ia berjalan. Tidak masuk akal kemana ia pergi. Kemanakah koloid langit merah sore kemarin? Apakah waktu itu dapat kau genggam? Waktu tidak masuk akal.

Aku berjalan di sini. Menanti hari dengan bijak, waktu yang seolah tahu membawaku. Dia tahu seolah aku akan sampai pada saatnya. Namun, bukan waktu. Mengertilah, semua akan menanti waktu yang terbaik. Tentang menunggu waktu akan kehadiran, kematian, teman sejati dan perkara nikmat serta rezeki usaha diri. Seperti waktu akan mempertemukan dan menjawab. Tapi, dimanakah mereka? Jalan terlalu sunyi untuk dikelilingi. Tapi, bukan soal sanggup atau tidak. Tapi, aku rindu sekali. Bagaimana lagi? Dengan raga kita disini bukan berarti kita tak berteman. Tapi, ini terlalu sunyi. Sudah.

Sepertinya aku mempunyai jalan yang sedikit terasa berbeda. Alunan pun tidak begitu terjal. Mungkin menurutku. Aku tidak tahu menurut mereka yang bukan diriku, mungkin akan terasa sama saja. Hanya saja ini damai baik di saat ini dan nanti. Waktu mengatakan dirinya adalah misteri. Walau demikian, bisakah aku punya mesin waktu yang tidak berisi misteri sama sekali. Itu sama sekali dusta dan ironi, sama sekali tidak mungkin diyakini. Mungkin aku tidak akan bertemu siapapun.

DUNIA!!

Banyak sekali waktu suka ria dengannya. Dia hanya tahu bahwa kita akan sunyi tanpanya. Tapi, hanya dunia yang membuat keadaan terus bersedih. Awalnya dia memerah menyerbak selayak bunga yang mekar, karena tawaran cinta dan di lainnya ia akan menjadi kobaran bara api di kedalaman laut, bagian dunia yang dijanjikan Tuhan atau bahkan melebihi dari kobaran api selayaknya yang tak kau temukan di dunia sama sekali. Hanya yang memasuki lautan tersebut terlalu dalam yang akan hilang dimakan baranya.

Biar sunyi teman. Tapi, kita tetap bersama. Jangan engkau pikirkan sesuatu yang belum masuk akal untukmu dan untukku. Jangan kau hiraukan waktu. Teruslah berjanji kau tahu bagaimana agar tidak terlena dengannya. Dengan waktu yang tersisa, tidak lagi memikir yang tersia. Biar pahit berusalah. Kita akan melewatinya satu persatu. Dengan pasti. Kita telah melewati jalan yang damai selamanya.

Salam, 
Banda Aceh, 26 juni 2014