Virtual Cahaya

ich bin Gluckliche

Lubang yang Berserakaan

Lubang adalah ruang yang muncul kecil dan gelap
Dia hanya ditaklukkan oleh suatu benda dengan cara paksa
Lubang hanya tahu dirinya telah demikian
Lubang bukan lagi dahulu, yang dahulu saling menyapa kekuatan

Lubang adalah ruang muncul kecil dan gelap
Dia hanya ditaklukkan oleh suatu benda dengan cara paksa
Lubang hanya tahu dirinya telah demikian
Tidak dapat mengembalikan bentuknya semula

Lubang adalah ruang muncul kecil dan gelap
Dia hanya ditaklukkan oleh suatu benda dengan cara paksa
Lubang hanya tahu dirinya telah demikian
Lubang tidak dapat menjadi apa-apa, hanya telah menjadi bekas

Lubang itu kini telah berserakan
Tidak dapat kita adukan pada ayah, pada ibu, kakanda, abangda, kakek, nenek, teman sejati katamu, apalagi alam ini tentang lubang itu
Kayu, ranting yang terlepas, dedaunan, laut, angin, geluyuran hujan
Hanya kau yang selalu punya semai perlawanan dirimu atasnya, Tuhan Maha Tahu

Lubang dapat apa untukmu? akan ada berapa banyak lubang disisi kempisnya dadamu? Dan siapakah yang berani menghentikannya?


Banda Aceh, 31 Agustus '14
Pagi hari 7.37

Guru: "Allahu Allah"

Bagaimana jika hari ini aku merasa bersedih? Apa nasihatmu duhai guru? Perjuanganku ini rasanya tak pernah aku pekai seperti cintamu dan cinta Tuhanku. Padahal engkau telah melewati rasa pahit dan suka dalam naungan ini lebih dulu. Hanya diriku sangat mengeluh denganmu, padahal Tuhanku sangat ingin aku dicelai, digundahi agar aku paham bahwa Aku hanya harus berbuat dan mencintai karenaNya, berharap hanya padaNya walau tiada siapapun disampingku. Mungkin saja suatu saat aku akan tetap merasa sendiri meskipun kutemui keramaian. Sungguh itu niscaya. Allah mengutus mereka yang mencela jalanku tak akan sampai hanya karena ingin membuatku kembali meminta pertolongan hanya kepadaNya.

Aku yang seperti engkau lihat duhai guru, penciptaanku tak mungkin biasa, aku cantik. Ibu dan ayahku memberi namaku sepulang dari ranah makkah dan madinah, kemudian aku terlahir dengan benar-benar sebuah keinginan yang menemukan takdirnya. Doa di negeri itu maqbul, dia negeri yang suci. Aku diberi nama "Cahaya Kebaikan" maka aku juga ingin punya hati yang cantik. Meskipun tidak dapat aku akui kecantikanku ada pada bumi apa dan untuk siapa jika bukan ummahNya?

Tapi, sungguh benar guru. Saat aku punya kamus perjuangan ini, pilu. Tak pernah merasakan perjuangan setelah lama berhidup, yang seperti ini. Aku kemudian kembali bersedih, merasa tidak beruntung. Rasanya siapapun yang menghalangi jalanku dalam mimpiku ini akan terjaga dengan keras peringatan manusia sepertiku. Padahal aku hanya sembilu, berusaha berdikari, tetapi untuk kembali kepadaNya dengan melalui harapan-harapan Ibu dan ayahku, dengan keterbatasan asa. Apakah rasaku tak pernah tulus?

Aku sangat berharap memiliki ilmu. Guru... ilmuku bukan untukku dituntut oleh teman hidupku nanti jika sewaktu-sewaktu anak-anak dari darahku berbuat tak acuh itu karena aku semata, menuntut kejahatan mereka adalah kejahatanku, segala yang hidup padanya hanya semata-mata dariku, darahku, telinganya, wajahnya, adalah telinga dan wajahku, sehingga aku dituntut "ibu macam apa kamu, tidak pintar mendidik anak" sehingga temanku menganggapku tidak perlu untuk dibantu bahkan kemarahan kepada tuntutan yang berilmu, namun tak mampu. Bagaimana ini? Padahal aku ingin ilmu tak harus menuntutku menjadi wanita yang dapat menjadi segalanya yang melahirkan, menyusui, mendidik, menemani perasaanya sendiri, menemani anakku tidur dan segala kebutuhan rumah tangga sehingga hanya nafkah yang satunya cukup dia yang mencari.
Dan.. guru!
Ilmuku hanya untuk penghambaanku pada Allah, sungguh aku sangatlah lemah dan rapuh, Aku penuh dengan sesuatu yang mengotori  melalui perutku, sehinanya sari pati, berharap ilmuku menarikku dari jejaring neraka yang nestapa dan andai ummah juga.

Aku beruntung memilikimu guru. Janganlah, jangan engkau berharap aku akan berpisah dengan semua kasih sayangmu hanya dengan kemarahanmu dan kemarahanku akan nasihatmu. Hilanglah, sungguh janganlah. Aku akan kehilangan dan bersedih. Engkau telah aku satukan dalam mimpi-mimpiku yang tiada tahu ujungnya, 1, 2 atau tidak tahu apakah itu 3 dari masa yang terlampaui. Aku tak pernah tahu ujungnya atas mimpiku. Tuhan membolak-balik hati dan membolak-balik titipanNya. Bantu lah aku, jangan lepaskan, jangan tinggalkan aku begitu saja meskipun engkau pernah menginginkannya. Aku juga manusia yang sama sepertimu. Andai semua tanah ini dapat menyatu pada dahiku, tak henti sujudku untuk ku selalu menyertai doaku yang mulia, kepadamu yang sangat mulia di mataNya. Aku sangat bersungguh-sungguh.

Guru, bagaimana jika aku tidak mampu? Tiba-tiba aku pun merasa berputus (sudah sampai disini)? Apakah jawabmu? Kemudian engkau meninggalkanku baik dengan sengaja atau bukan keinginanmu.

"Allahu Allahu, Allah Allah Allahu"

Izin Aku mencintai. Allah guruku? 



Day 1st- Quranku

Day 1st


# Mau ngapal Quran. Buat perencanaannya. Ingin ngapal berapa juz  seumur hidup?


# Atau punya niat ngapal berapa juz selama kuliah? Jadikan dia sebuah keberhasilan pertama selama kuliah.. J


# Nah, skrg banyak yang umur 70 tahun, 50 tahun baru dpt hidayah ngapal. Salah satu di antara mereka 3 tahun bisa tuh 15 juz quran. Nah kita hapal berapaan sih? Dr dulu surah al-ikhlas aj, malu tauu....


# Kalau soal niat? Katanya banyak..itu sih katanya. Boleh niat banyak2...


# Ada yang ngapal untuk keren2an, mau dapat suami ngapal Quran juga, mau ngajarin anak ngapal Quran juga nantinya, buat dapat nilai A sama mata kuliah agama dikampus, ingin memberi mahkota surga kepada ortu, mau dapat beasiswa broo..., atau buat senang2 doannkk trus lupa..


# Tapi kalau Aku saranin sih, itu mah gak jaman.... niatnya satu aja kali. Gak baik deh selingkuhan begituan, banyak maunya.. :D


#  Karena Allah nunjukin aku sebagai keluarganya,


# Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia, maka para sahabat bertanya, “siapakah mereka ya Rasulullah?” rasulullah menjawab, “para ahli Quran. Merekalah keluarga Allah dan pilihan-pilihanNya.”(H.R. Ahmad)



# Nah.. Aku merasa telah terpilih. Kalau demkian Allah gak mungkin donkk milih aku dengan sesederhana skrg, aku telah terpilih olehnya dengan sangat istimewa, nikmat panggilan yang tidak semua org diketuk hatinya.. (mengelus2 dada, syukran ya Allah, karena Engkau yang selalu istimewa)



# Dengan demikian aku selalu berusaha berbuat niatnya karena Dia... niat Cuma karena Allah, nah Dia Tuhan kita semua. Baru semua yang dibelakang yang diinginkan akan menyusul.. J


# Semoga kita terus terpilih dan istiqamah, oleh karena itu nikmat pilihan ini selalu diminta jangan cepat2 dicabut, kita harus banyak2 memohon kepadaNya agar dianugerahi sepanjang hayat



# kita harus banyak2 memohon semoga sebelum kita tiada Quran ini telah khatam dengan niat yang benar..



# Makanya ayo atuh bergegas... kematian perkara misteri, belajarlah tanpa menanti esok, terapkan sekuat-kuatnya... bolehkah kita berkumpul satu barisan nantinya, satu barisan pejuang Quran di surga. InsyaAllah..




#  Ayoo... gerak! Jangan banyak merenung lg... -.-“ mari perbaiki niatnya




Banda Aceh, 21 Agustus 2014
9.18 pagi hari

Kampus Sains dari "Habbah"

Bulan kian bulan terlewati. Kita telah kembali kepada bulan yang akan kita semai kembali. Kita menyemai "Habbah" yakni bebijian apa saja yang akan kita tuai setelah kita rawat baik singkat maupun lebih lama dalam masa. Bulan Quran pun telah kita isi, semakin syahdu di dalamnya ketika yang bersalah mulai mengenal "maidan" kebenaran. Kita juga mengenal cinta kasih yang terus dibina melalui berbagi dan menerima. Tentang ujian dan bumbu kesabaran yang dijumpai menggantikan sesuatu yang dahulunya belum dapat dikenal bahkan disentuh ruang kehadirannya. Tentang mereka yang mulai memuliakan Allah dengan menghapal kalamnya, menjaga rindunya kepadaNya semata.

Bulan kian bulan terlewati. Kita telah kembali kepada bulan yang akan kita semai kembali. Kita menyemai "Habbah" yakni bebijian apa saja yang akan kita tuai setelah kita menjaganya baik singkat ataupun lebih lama dalam masa. Angan-angan berupa catatan telah tertulis dalam buku ceritamu. Engkau bercita dengannya, yang membuatmu berusaha, melihatnya, membayangkannya ketika ia sampai kepadamu. Baiklah, hidup memang harusnya memiliki rencana. Walau begitu lama engkau menantikan dan dapat menjadikannya ada. Yang akan kita lakukan seharusnya tidak menjadikan Tuhan tidak paham apa yang kau butuhkan demi semata-mata keinginan. Sedang kita mengatur yang bukan pengatur. Kita tak akan berhak mengaturNya atas impian-impian kita.

Bulan kian bulan terlewati. Kita telah kembali kepada bulan yang akan kita semai kembali. Kita menyemai "Habbah" yakni bebijian apa saja yang akan kita tuai setelah kita memupuknya baik singkat ataupun lebih lama dalam masa. Tentang janji-janji yang terlalu terbiasa disepakati dan dihancurkan. Tentang janji-janji yang selalu biasa dan kemudian menjadi biasa serta dilupakan. Kita yang memiliki hati yang tidak enyah gundukan batu menjamah sekitar, kepala yang mengganas lupa, ingatan kebaikan yang melemah pada tangan dan kaki. Dia yang sering lenyap ketika tak sering menyapa dalam kalimat setia pencipta dan manusia. Dia hanya membutuhkan dirinya tapi tak mengisi dirinya. Kau lupa? Seluruh dunia pasti mengenal kalimat "janji" walau tak semua pandai memenuhi.

Bulan kian bulan terlewati. Kita telah kembali kepada bulan yang akan kita semai kembali. Kita menyemai "Habbah" yakni bebijian apa saja yang akan kita tuai setelah kita menyiramnyanya terus menerus baik singkat ataupun lebih lama dalam masa. Aku menceritera dua peninggalan itu, "Inikah?" engkau penerusnya, namun melambatkan perintah. Dua peninggalan itu juga bercerita seharusnya engkau merapikan diri dari dalam hingga yang tampak. Membahagiakan seluruh jagad ketika menyapa. Berjuang walau nestapa. Kerelaan ketika harus dilepas dan dibutuhkan, yang ku baca itu adalah kitab keikhlasan yang sulit di muka bumi Tuhan. Kesetiaan yang mulai memudar. Tentang waktu yang semakin tenggelam dalam tong kaleng yang semakin bising.

Tanamlah, kita akan kembali memetik yang kita tuai. Bersabarlah dan kuatkan kesabaranmu. Kampus sains kan kembali menyapaku. Aku akan belajar tentang biji yang luput tak ku tanam. Duhai maafku kepada Tuhan.

Banda Aceh, 21 Agustus 2014
Pagi hari bersama kumandang ayam