Virtual Cahaya

ich bin Gluckliche

Kampus Sains dari "Habbah"

Bulan kian bulan terlewati. Kita telah kembali kepada bulan yang akan kita semai kembali. Kita menyemai "Habbah" yakni bebijian apa saja yang akan kita tuai setelah kita rawat baik singkat maupun lebih lama dalam masa. Bulan Quran pun telah kita isi, semakin syahdu di dalamnya ketika yang bersalah mulai mengenal "maidan" kebenaran. Kita juga mengenal cinta kasih yang terus dibina melalui berbagi dan menerima. Tentang ujian dan bumbu kesabaran yang dijumpai menggantikan sesuatu yang dahulunya belum dapat dikenal bahkan disentuh ruang kehadirannya. Tentang mereka yang mulai memuliakan Allah dengan menghapal kalamnya, menjaga rindunya kepadaNya semata.

Bulan kian bulan terlewati. Kita telah kembali kepada bulan yang akan kita semai kembali. Kita menyemai "Habbah" yakni bebijian apa saja yang akan kita tuai setelah kita menjaganya baik singkat ataupun lebih lama dalam masa. Angan-angan berupa catatan telah tertulis dalam buku ceritamu. Engkau bercita dengannya, yang membuatmu berusaha, melihatnya, membayangkannya ketika ia sampai kepadamu. Baiklah, hidup memang harusnya memiliki rencana. Walau begitu lama engkau menantikan dan dapat menjadikannya ada. Yang akan kita lakukan seharusnya tidak menjadikan Tuhan tidak paham apa yang kau butuhkan demi semata-mata keinginan. Sedang kita mengatur yang bukan pengatur. Kita tak akan berhak mengaturNya atas impian-impian kita.

Bulan kian bulan terlewati. Kita telah kembali kepada bulan yang akan kita semai kembali. Kita menyemai "Habbah" yakni bebijian apa saja yang akan kita tuai setelah kita memupuknya baik singkat ataupun lebih lama dalam masa. Tentang janji-janji yang terlalu terbiasa disepakati dan dihancurkan. Tentang janji-janji yang selalu biasa dan kemudian menjadi biasa serta dilupakan. Kita yang memiliki hati yang tidak enyah gundukan batu menjamah sekitar, kepala yang mengganas lupa, ingatan kebaikan yang melemah pada tangan dan kaki. Dia yang sering lenyap ketika tak sering menyapa dalam kalimat setia pencipta dan manusia. Dia hanya membutuhkan dirinya tapi tak mengisi dirinya. Kau lupa? Seluruh dunia pasti mengenal kalimat "janji" walau tak semua pandai memenuhi.

Bulan kian bulan terlewati. Kita telah kembali kepada bulan yang akan kita semai kembali. Kita menyemai "Habbah" yakni bebijian apa saja yang akan kita tuai setelah kita menyiramnyanya terus menerus baik singkat ataupun lebih lama dalam masa. Aku menceritera dua peninggalan itu, "Inikah?" engkau penerusnya, namun melambatkan perintah. Dua peninggalan itu juga bercerita seharusnya engkau merapikan diri dari dalam hingga yang tampak. Membahagiakan seluruh jagad ketika menyapa. Berjuang walau nestapa. Kerelaan ketika harus dilepas dan dibutuhkan, yang ku baca itu adalah kitab keikhlasan yang sulit di muka bumi Tuhan. Kesetiaan yang mulai memudar. Tentang waktu yang semakin tenggelam dalam tong kaleng yang semakin bising.

Tanamlah, kita akan kembali memetik yang kita tuai. Bersabarlah dan kuatkan kesabaranmu. Kampus sains kan kembali menyapaku. Aku akan belajar tentang biji yang luput tak ku tanam. Duhai maafku kepada Tuhan.

Banda Aceh, 21 Agustus 2014
Pagi hari bersama kumandang ayam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar