Lovesick adalah sepotong kata istimewa yang
ingin saya pilih dalam tulisan ini. Mengapa saya memilihnya? Mungkin menjadi
trending topick untuk saya dan teman-teman kampus yang baru saja memasuki
jenjang perguruan tinggi. Banyak yang seharusnya dikupas secara mendalam soal
remaja kampus yang awam soal anak muda yang sesungguhnya tidak akan sanggup
meninggalkan kata-kata lovesick.
Semuanya menjadi lovesick. Lihat
mahasiswa-mahasiswi lawan jenis menjadi lovesick.
Melihat dosen keren, tidak menutup kemungkinan lovesick. Lihat ! betapa banyak yang memungkinkan bahwa dengan
kampusnya pun kita dapat menjadi lovesick sehingga bisa-bisa tidak pulang-pulang
kerumah, bisa lovesick karena belajar
dan bisa saja lovesick gara-gara organisasi.
Jadi, waspadalah dengan lovesick, lovesick
apa yang kita miliki saat ini akan menentukan lovesick berikutnya dimasa depan.
sebenarnya ada banyak hal yang ingin diungkapkan mengenai lovesick, namun lovesick
apa yang telah membuat saya betah dimana-mana? Tetapi sebelum pertanyaannya
terjawab, saya ingin pastikan apasih lovesick
itu sebenarnya, Mari kita bongkar siapa identitasnya.
Sungguh
sebenarnya lovesick tidak ada yang
berbeda dengan carsick. Berhubung
kedua-duanya memiliki akhiran bermakna negative, yakni “sick” dalam salah satu
bahasa yang mendunia. “sick” yang berarti sakit. Apakah lovesick berarti cinta yang sakit? Dan apakah carsick berarti mobil yang
sakit? Lantas Apakah mungkin mobil tersebut sakit? Apakah maksudnya adalah mobil
tersebut mogok? Dan cinta yang sakit berarti hati seseorang yang telah
hancur?.Jawabannya: tepat BUKAN! Tentulah tidak satu demi satu demikian
penerjemahannya teman. Ada pemaknaan
kata yang tepat yang telah tercipta dengan sendirinya sebagai sebuah arti yang
perfectionis sehingga tidak menimbulkan makna yang rancu lagi memiliki makna
yang melenceng derajad kemiringannya. Lantas, apa maknanya?
Tentu
bahasa ini sangat dimengerti bagi yang paham. Seperti carsick dimaknakan sebagai mabuk darat. Dan bagaimana dengan lovesick? Yeah, tepat sekali. Lovesick adalah mabuk cinta. Really
perfect! Apakah mungkin pensick
berarti mabuk menulis? Mungkin saja bagi saya dan keliru bagi dunia barat. :D
Mungkin
ini lebih kepada soal mengapa saya bisa lovesick
berat. Sesungguhnya bukan carsick,
karena saya tidak mabuk darat tentunya. Sesungguhnya waktu telah menjawab
mengapa kebahagiaan telah satu persatu datang semenjak masuk perguruan tinggi.
Kampus adalah wahana baru. Semangat saya pun bukan lagi sekedar semangat yang
sekedar luntur sewaktu-waktu. Semangat ini adalah semangat yang tertulis,
terlaksana karena ikrar hati, semangat yang tertanam kuat karena lovesick sehingga hati menjadi hidup.
Saya masuk kampus karena lovesick dan
ketika masuk semuanya menjadi lovesick.
Betapa bahagianya mungkin. Karena apa
semua ini?
Menurut
saya, lingkungan kampus adalah wahana bebas berkarya. Sepertinya sesibuk
apapun, sayalah penguasa waktu saya sendiri sehingga sayapun berhak
memimpinnya. Berbeda ketika Sekolah Menengah, mengapa? Karena waktu saya
sebagaian besar diatur pihak pemilik aturan. Mana boleh pula hal tersebut saya
langgar. Jika saya melanggar memang kemungkinan besarnya saya akan mendapat
hukuman atas ketidaktaatan. Mendapat
hukuman jelas tidak enak, tetapi dapat mengobati kesalahan. Lantas dikampus? Siapa
yang takut? Bebas. Meski sepadat apapun lingkungan kampus, saya mungkin
termasuk merasa “waaahhhhh……….”, lega. Saya bisa merencanakan belajar banyak
hal. Merencanakan waktu yang semakin harinya semakin produktif dan memiliki
keluasan ilmu sedapat mungkin. Baik itu sambil berjalan, duduk sambil menunggu
dosen datang, mengobrol dengan siapapun disana merasa berharga yakni kesempatan
bertanya banyak hal dengan senior yang suka berdiskusi tidak pandang tempat. Masa-masa
produktif itu dimanapun selanya dapat dicari, karena jadwal kuliah adalah
kepastian. Tidak mubazir. Ketika dimana beberapa waktu baru-baru ini saya
menyanggupkan membaca dua buah buku dan setiap harinya lima artikel sekaligus bebas
berdasarkan rasa keingintahuan saya di jejaring “mbah google” yang paling akrab
tentunya. Demikian ambisi dan senangnya. Ketika di sekolah menengah, 8 jam kerap
saya habiskan disekolah. Memang tidak menutup kemungkinan saya bisa membaca
diperpustakaan atau membawa buku sendiri, menikmati wifi “browsing” selama
istirahat. Bayangkan saja, istirahatnya hanya setengah jam, tidak kurang dan
tidak lebih. Kemudian masuk kembali dan
menikmati pembelajaran yang rutin. Lantas, apa yang kurang? Kurangnya adalah
tidak ada diskusi ilmu yang fresh dan
update “daily routine”, buku yang
kami pakai distandardisasikan, itu-itu saja. Bayangkan jika setiap waktu yang
kami temui adalah dilewati oleh guru-guru yang penjelasannya tidak kami
mengerti? Guru-guru yang mungkin secara kualifikasi hanya membosankan kami
sebagai siswa dahulunya. Belum lagi pelajaran yang diembat adalah belasan, dari
mana semuanya dapat dikejar? Waktu teraduk-aduk dan ilmu tidak berkualitas
secara total untuk pemahaman.Tentunya perbedaan lain adalah, kami tergerakkan
hanya disekitar lingkungan sekolah, tidak boleh mondar-mandir keluar kecuali
dengan izin. Lovesick pada waktu pembelajaran dikampus saya maknai benar-benar.
Lovesick pada pelajaran saya temukan
dikampus. Efektif adalah kekuatan yang memungkinkan untuk saya cari meski hanya
setengah jam atau 15 menit saja. Begitulah dosen menyediakan kualifikasinya
kepada kami seefektif mungkin, sesuai perkiraan saya, untuk apa “ngalor-ngidul”
jika semua isinya membuat kami tidak mengerti? Beruntungnya kampus ini bernama
kampus MIPA. Banyak setiap mahasiswa
yang tergolong malas masuk kampus karena tidak suka dosennya itu biasa, tetapi mereka
masih bisa belajar banyak dan mengumpulkan informasi yang akurat mengenai suatu
bidang dan mengikuti ujian yang wajib. Alhasil juga menemukan nilai memuaskan.
Tetapi, ini mungkin bukan budaya yang baik soal tidak hadir ke kampus, apalagi
dengan alasan malas. Wahh… itu merugikan financial orang tua yang tersia-siakan
apalagi anak kos. Lovesick? Saya
masih bicara soal mabuk cinta. Memanfaatkan waktu menjadi efektif itu lah yang
membuat lovesick selama berada
dikampus. Ilmu bertambah dan saya merasa bermakna. Sebagai seorang MIPA,
semiriwing cinta belajar banyak hal bukan tidak mungkin. Belajar banyak hal
adalah saya. Membaca adalah saya. Menulis adalah saya. Bukan soal buat
keren-kerenan, tapi ini namanya “mabuk”, mabuk cinta namanya (*asik). Saya bisa
berteman dan mengumpulkan teman sebagai sumber diskusi untuk belajar Agama,
mempelajari berbagai macam bahasa dan sastra, psikologi perkembangan, mempererat
ilmu sejarah dan budaya, menyenangkan melukis atau kiat-kiat seni lainnya,
mempererat ilmu sosial yang menjadi sumber kepekaan, ah iya apalagi bidang
science alias ilmu alamiah memang saya adalah penikmatnya. Semuanya jadi suka.
Jadi, berhubung sukanya banyak meskipun belum terlaksana full, tapi akan segera ditunaikan. Sukanya pada hal tertentu saja
pada umumnya bakal cepat galau. Bukankah ini lovesick? “mabuk” belajar. Inilah mabuk cinta yang saya temukan
selama dikampus, mabuk-mabuk yang tak tertahankan.
Kenikmatan
belajar telah membuat saya menjadi lovesick.
Tidak hanya itu, kegiatan diskusi dan berkumpul dengan khalayak yang ramai
dikampus membuat koneksi dan rasa cinta bertambah. Eitss… rasa cinta apa? Cinta
sesama ya.. tepat sekali. Kemampuan saya berkomunikasi lebih banyak walau hanya
dengan setumpuk permen lollipop yang telah membangun kepercayaan untuk saling
menyapa baik sambil berlari maupun teriakan sapa dari kejauahan beberapa
kilometer(*bisa dirasakan lebaynya), baik saya maupun senior begitulah cintanya.
lovesick ini bernama mabuk cinta sama
senior, cerita saya anatara senior-senior. Bisa bayangkan? Senior adalah ruang
bergabung yang tidak kalah asik untuk berdiskusi.
Lovesick senioritas yang patut ditiru
adalah soal kemauan membuat rasa cintanya bersama senior, walaupun awal-awalnya
sekedar mencoba-coba seolah-olah pernah bertemu dan sok akrab dengan banyolan
yang mengernyitkan kening mereka, eh..?! ada yang bicara begini, ”kakak jurusan
apa sih? Biologi ya? Kok jarang kelihatan dikampus? Letting berapa kak?”
katanya senior menakutkan, siapa bilang. Buktinya senior aja panggil saya
dengan sebutan kakak saking tertipu oleh gaya dan style.(*senior…senior..
terima kasih telah membuat saya lebih tua, walaupun saya harus terpingkal-pingkal
dan jungkir balik mendengarnya). Mereka mungkin sebelumnya tidak mengerti arti
cinta jika muka saya tidak dihadapan mereka saat itu dan saya juga demikian.
Ini namanya lovesick.
Kali ini
saya akan menceritakan soal kantin. Bukankah kantin itu asik? Asik apa? Asik
buat mengisi kekosongan perut mahasiswa yang lapar dan haus sambil menikmati
tempat duduk gratis buat bicara dengan kawan-kawan jadi lebih akrab,ya? Saya ingin
bahwa kawan-kawan jurusan saya sebaiknya tidak tahu banyak soal ini karena
kemungkinan besar membuat jadi “iri”, tapi sungguh saya tidak mengerti dan
jangan salahkan saya. Tolong jangan bilang-bilang kalau saya sebenarnya betah
banget masuk kantin. Karena asiknya masuk kantin, makanan jadi murah. Sungguh
banyak yang tidak saya mengerti mengapa setiap makan yang bernama “mie Aceh”
saya dapati harganya lebih murah dari teman-teman. Minuman kawal saya
adalah teh hangat, setelah praktikum
yang melelahkan dilalui. Mereka tahu selera saya. Teh adalah jaminan suguhan
rutin yang seolah-olah mereka tahu segalanya.(*asik) merdeka! Ini lah lovesick antara saya dan warga kantin.
Pernah
suatu ketika dosen menjelaskan panjang lebar soal kualitas pengalamannya
menyelam diberbagai laut Aceh, dosen ini menggeluti bidang coral reef, spesialis karang laut yang memberitahukan setidaknya ia
memerhatikan ratusan jenis ikan dan berbagai kenakaragaman biota laut yang
mengagumkan penglihatan mata ketika menyelam. Bagaimana tidak? Sabang dan pulau
Aceh adalah scences yang tidak ditinggalkan dalam videonya yang sangat menarik.
Scences ini mendapat perhatian mahasiswa berjejer untuk duduk paling depan.
Salah satunya adalah saya, awalnya terkadang mencoba memasang mata bulat-bulat,
soal tidak mengerti adalah bagian belakangan. Soal coral dapat bleaching adalah pengantar ilmu yang
benar-benar fresh sekali, coral yang memutih kehilangan nutrisi akibat
pemanasan global. Coral yang tanpa saya tahu sebenarnya haram menjadi koleksi
manusia yang berlebihan juga sangat sensitive kedudukanya di dalam laut luas.
Coral yang dipijak saja boleh jadi saat menyelam adalah tindakan yang keliru. Indah
namun tetap sensitive seperti wanita cantik yang sensitive. Inilah dia, coral reef yang dihinggapi zooxanthellae diatasnya. Soal yang
mengagumkan adalah ratusan jenis ikan yang telah dikoleksi oleh penglihatan
mata tersebut menjadi sebuah buku acuan dikampus yakni “ikan karang pulau Aceh”
yang sangat ekslusif. Bagaimana tidak ekslusif? Beliau mengatakan, “buku saya
hanya dijual digramedia, tidak ada di Banda Aceh”. Sebutnya, dan dengan muka
sambil memelas, sambil mengaku saya suka membaca dan menulis., taraaa… saya
dihadiahkan satu. Bukan main. Semua jajaran senioritas merasa aneh dan
lagi-lagi mengeryitkan keningnya, mengatakan mereka harus beli buku itu tidak
terkecuali sebagai sumber belajar wajib bidang fisiologi hewan atau anatomi
hewan, mungkin. Terima kasih, ternyata ada cinta dikampus. Mabuk cinta alias lovesick dosen yang keren bidangnya.
Tidak
hanya itu, saya lovesick dengan
kampus lagi-lagi soal dosen yang berkualitas. Saya memperhatikannya selalu
tepat waktu dan menjadi imam dalam shalat dikampus. Tidak terkecuali tiap saat,
tidak meninggalkan shalat Duha dan mungkin juga ketika status facebook tengah
malam menanyakan orang-orang online, “sepertinya orang yang online banyak juga
ya yang tahajud”. Sip pak. Apakah poin plus yang saya temukan? Saya merasa lovesick dengan kampus lagi-lagi soal
kebaikan. Kebaikan dosen adalah dimana ketika saya memberinya sebuah film motivasi
seperti “Negeri 5 Menara” maka disaat yang sama saya langsung mendapat imbas
hadiah yang serupa pula. Dapat hadiah ala baiknya diizinkan menonton siaran
motivasi berbisnis pada dvd yang dipinjamkan. Subhanallah…,betapa mengharukan
hal ini, jarang sekali terpikirkan oleh orang-orang, bahwa ada sikap “take and
give” membuat sesama untuk saling tahu dan berbagi. Yang tidak hanya menunggu
yang lain memberi. sungguh mengagumkan jika jumlahnya tidak terhitung sedikit
soal sikap surgawi pada orang-orang duniawi. Belajar pun harus saya akui bahwa
semua hal yang disampaikan adalah hal-hal yang baru, fresh dan up date. Batik
fractal dari akumulasi computer dan matematika yang membentuk software sehingga
setiap perseorangan dapat mencetak batik sendiri created by mipa matematika Nancy Magried dan teman-teman, bernama
Jbatik software. Mipa matematika
Indonesia. Salut mendapat informasi ini darinya. Dan lagi-lagi soal saya
menemukan matematika yang selama ini menumbuhkan kebingungan menjadi asik untuk
diketahui disaat “musik adalah matematika yang berbunyi” disampaikan. Menakjubkan materi ini untuk
diketahui sehingga yang mencintai musik kiranya tidak beralasan sulit mengenal
matematika. Setuju?, eitss bapak dosen ini dosen matematika dan sangat cinta
menulis. Bahkan beberapa tulisannya saya kagumi pula dan juga termasuk
perjalanan hidup beliau yang berwarna-warni. Sejak kuliah mendapat kerjaan
mencuci piring dikedai akibat soal tidak cukup budget untuk membiayai kuliah dan keseringannya tidak makan, seringnya
tidak makan itu membuat sejejeran anak muda dimasanya tersengaja pula terbentuk
grup “GENTALA” singkatan Generasi Tahan Lapar, apalagi mendengar banyak soal
bapak beliau adalah astronot zaman dahulu (yakni: pemanjat dan pemetik kelapa),
mendengar ceritanya ini saya merasa ingin cerita beliau ini diulang kembali
kiranya dalam dunia sekarang, sayang rasanya tidak mungkin. Jika orang-orang
kampung menanyakan soal dimana ia kuliah jawabannya adalah bukan mipa, tetapi
“sekolah dosen”, kata yang mudah dicerna bagi orang-orang dikampungnya sehingga
takjubnya iapun menjadi seorang dosen. Menyenangkan mengenal kehidupannya yang
berhasil dan kini kehidupan beliau dituliskan olehnya yakni “SANG GENTALA”.
Jika novelnya terbit maka sembari saya akan menjadi orang yang terdepan untuk
menikmati ceritanya. Lovesick soal
kebaikannya inilah dia.
Bagaimana
dengan teman? Lovesick memang kata
kunci persahabatan mencadi cair dan mengalir. Bahkan sebenarnya lovesick dengan teman adalah soal
keadaan kami yang sama-sama mabuk. Kami memiliki kiat-kiat lovesick yang sama-sama membara. Soal bukan mainnya saya cukup erat
menjadi error dimana saja, mereka lovesick untuk mengingatkan saya
mengenai apa saja. Sampai-sampai lovesick
mengingatkan saya ketika mengaji
sambil menunggu deadline dan waktu sampai. Eh? Teman ini benar-benar
menginginkan saya lebih tepat mengambil waktu mengaji jika sewaktu-waktu
deadline ini tanpa saya sendiri telah terlewati soal gara-gara ke-erroran yang
tidak diinginkan. Ini kerap membuat sedikit hati berguncang setiap kali
diingatkan, tetapi maksudnya adalah mereka menguatkan posisi saya dalam waktu.
Ke-erroran yang terjadi dalam
lingkungan kampus adalah jagonya saya. Tapi, bukan soal bangga. Ini soal
kefokusan menjadi taruhan. Bagaimana mungkin saya menunggu dan datang lebih
awal dari teman-teman dan saya sendiri bisa tidak sadar kalau teman-teman sudah
masuk laboratorium dan telah melakukan respond sebanyak empat soal dan saya
menyadari saya hanya menjawab no. 5. Menyedihkan bukan? Dengan demikian,
taruhan kefokusan pada waktu membuat teman-teman menjadi lovesick mendengarnya, bahkan sampai lovesick-nya mengingatkan saya dengan nada yang mengharuskan saya
bergerak meskipun saat-saat itu senang-senangnya saya membaca atau recite Al-Qur’an. Love you so much my dear, teman-teman yang hebat untukku, sungguh
teman ini adalah tipe teman yang tercantum dalam Qur’an Al-‘Asr, demi masa (waktu)
dan soal orang-orang yang mengingatkan kebaikan dalam penuh kesabaran agar
tidak meperoleh kerugian serta kesia-siaan. Lantas berdiri, duduk dan
bagaimanapun sikapnya meski jungkir balik teman-teman selalu senang memberi
pertolongan. Cinta ini membuat saya harus mengatakan hati saya senang sekali, membuat
betah kuliah di mipa. Paradise ! Bagaimana
semua ini bisa terjadi? Mengapa sih dengan semua orang bisa kelihatan lengket?
Pakai pellet ya? Pakai pelet apaan sih? Pelet burung? Pelet ayam? Atau pelet
bebek. Ah, yang benar saja ada pelet yang demikian dan rahasianya saya adalah
cukup dengan kata-kata kutipan, uztazah yoyoh yusroh mengatakan begini:
Wahai puteraku ..
Engkau dapat mengubah keyakinan orang..
Dan menguasai hati mereka tanpa engkau sadari!
Bukan dengan sihir, bukan pula dengan jampi.. namun, dengan
senyumanmu.. dan kosa katamu yang lembut..
Dengan keduanya engkau dapat menyihir!!
Oleh karena itu, tersenyumlah…
Mahasuci Allah yang telah menjadikan senyuman sebagai ibadah dalam
agama kita, dan kita mendapat pahala darinya!
Di Cina.. jika engkau tidak murah senyum,
Mereka tidak akan memberi lisensi kepadamu untuk membuka kedai..
Jika engkau tidak menemukan orang yang tersenyum kepadamu, tersenyumlah
engkau kepadanya!
Jika bibirmu terbuka karena senyuman dengan cepat..
Terbuka pula hati untuk mengekspresikan isinya
Bersiaplah
banyak membuat orang lain menjadi berharga dan bahagia dengan menebar senyum
dan kosa kata yang baik untuk berbagi sebanyak mungkin. Sukses adalah soal
utama kita merasa bahagia dan membahagiakan atau tidak. kemudian yang katanya gelar
sepanjang kereta api, harta melimpah, dan sebagainya adalah soal yang menyusul no.
13. Soal ini lah resep yang membuat saya lovesick
dengan kampus, lovesick sama dosen
berkualitas, lovesick dengan
senioritas yang senang berdiskusi, lovesick
dengan teman yang mengingatkan, dan kampuspun ikut-ikutan lovesick akibat
kiat-kiat sihir yang diajarkan uztazah Yoyoh Yusroh kepada saya dalam
kutipannya, lovesick pada Tuhan yang
segala-galanya telah memberikan semuanya terasa indah diantara kesempatan
menebar senyum, menebar kosa kata yang baik, berbagi lebih banyak maka tebaran
kisah kasih dikampus mipa terjalin sempurna. Lovesick tepatnya, mabuk cinta kepada semua substansi kampus soal
karunia Tuhan (Allah) yang mengizinkan kami bertemu dan merasa menikmati
indahnya proses-proses kehidupan yang saling membahagiakan hingga 20 tahun
kelak saat mengenang peristiwanya. Lovesick
with mipa. I love to be scientist.
Lovesick surely to be scientist.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar