Sejak awalnya hampir tidak
terpikirkan saya bisa dibilang suka menulis, hampir tidak pernah dibilang suka
karena sejak SMP (ya ampun) cuma diajarin lancar buat puisi, tapi jangan
berharap dibilang akan menang. Karena yang Saya tulis adalah puisi ibu dan
puisi fanatik sama abang letting(berebutan abang letting sama sahabat), puisi
yang mampu dituliskan oleh semua orang, yakin mas bro!.(#walaupun akhirnya pernah
“puisi ibu” yang dilombakan itu ditempel didepan pintu kamar, kalau ibu ke
kamar, paling pertama dijumpai, (teng-tong)...pasti kalimatnya: eh, anakku buat
puisi untukku, *wings ;) ). Ah yang benar saja akan masuk Forum
lIngkar Pena. Tidak sedang bermimpi diterima. Sedang kepikiran tidak mungkin diterima dengan gaya tulisan yang mengaur sana sini tentang kucing, ulat, kupu-kupu, ulat bulu, dan monyet diselipi tulisan bergambar shaun the sheep kemudian “lovesick” soal mabuk cinta dikampus, mungkin yang menerima saya sama (gilakknya) seperti saya bung!! #hihi :p
lIngkar Pena. Tidak sedang bermimpi diterima. Sedang kepikiran tidak mungkin diterima dengan gaya tulisan yang mengaur sana sini tentang kucing, ulat, kupu-kupu, ulat bulu, dan monyet diselipi tulisan bergambar shaun the sheep kemudian “lovesick” soal mabuk cinta dikampus, mungkin yang menerima saya sama (gilakknya) seperti saya bung!! #hihi :p
Mana
mungkin pula saya suka menulis sejak SMA karena yang saya tahu sejak SMA
baru-baru aja saya hobi membaca, ah biasa bung, baru dapat hidayah sehingga
rajin membaca, takut ketinggalan informasi agama, baru mengenal Tuhan jauh
ketimbang teman yang masih bermain engklek ditangga sama cowoknya. Juga
berjuang mati-matian mengubah style jadi muslimah beneran, gak pernah tau, eh,
saya tiba-tiba masuk forum menulis. Kenal Forum Lingkar Pena, tahun lalu bung,
tahunya ya sebatas kabar-kabari, Cuma itu. Merasakan lebih real ketika Forum
Lingkar Pena berdiri dengan mantap, menancapkan programnya di gedung AAC Dayan
Dawood, bagi-bagi novel gratis R.H Fitriadi, “Marwah di ujung Bara”. Eh,
illfeel benar, yang menjaga novel-novel di depan pintu itu ada Bang Riazul Iqbal,
mengapa illfeel? Ya ampuunn... kayaknya dia bangga bener saya tu muridnya, “my
student” panggilan saya, saya yakin Anda pasti bangga dengan saya pak Rio,
terima kasih, sampai-sampai saya dipromosikan dengan bapak-bapak bahwa saya
“muridnya”, sekali lagi terimakasih cik gu. (#sambil menyanyikan lagu najwa
latif-terimakasih cik gu-bisa dilihat diyoutube). *Sekarang, seharusnya pak
guru yang ngefans muridnya? Atau murid seharusnya ngefans sama cik gu? Akhirnya
fans saya nambah. (-_-“)
Hanya
semenjak hampir menamatkan SMA hingga semester satu program sarjana, muncullah
niat-niat menulis hal-hal kecil itu. Mengirimkan tulisan kepada teman-teman via
sms. Short Message Sent atau SMS yang
gunanya mengirimkan pesan singkat yang anda kenal, sejak itu bagi saya menjadi
media pesan panjang Long Message Sent atau
LSM (#haha), jika short adalah biasa satu halaman, long bisa 6 sampai 12
halaman (*merdeka buat hapenya tinat-tinut, terror massal dari saya! :D),
demikianlah pekerjaan saya, ceman-ceman.
Akhirnya
timbullah niat dalam sekejap untuk mengajukan diri sebagai anggota Forum
Lingkar Pena tahun 2013 semester dua. Buku diary mimpi saya bilang, saya mau
jadi Ketua forumnya suatu saat. Saya membuatnya dengan rasa tidak tahu malu
demi buku itu terisi dengan seratus macam mimpi, hanya saja setelah masuk Forum
Lingkar Pena, hampir-hampir mempertimbangkan untuk mengurungkan niat
(#capeedehh...V). Dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim saya ajukan formulir
sehari setelah pengumuman pendaftaran dibuka, dengan semangat kompor api saya
pergi bersama formulir itu ke tempat tujuan pengiriman. Beberapa minggu
setelahnya saya baru tahu ternyata pendaftarannya berlangsung satu bulan
bung!.. Eh, setelah melihat pengumuman dengan kacamata yang diperjelas ke depan
monitor, olala.. mereka juga minta naskah karangan saya (#haha..), akhirnya
saya mencoba menelepon Bang Anugerah Robi Syahputra menyatakan saya akan
menyusul naskah cerita segera karena keterlaluan
saya yang tidak hati-hati membaca informasi. Taraa... mau tau gak dalam kepala
saya dulunya Bang Robi gimana? Bang Robi dahulunya sebelum lulus
terdeskripsikan di dalam kepala adalah seorang bapak-bapak berkumis tebal asal
jawa klaten dengan logatnya yang menelepon saya dengan sangat ramah dan
tiba-tiba curhat soal inaugurasi (padahal saya belum lulus), beliau sempat
curhat, “yang diterima hanyalah sedikit, mungkin hanya tiga puluh orang, yang
lulus akan menginap untuk inaugurasi, bla..bla..bla..”.#menyimak panjang 0.0,
“ya, bang”, selang beberapa kemudian, lagi-lagi “ya, bang” kusahut berkali-kali
dengan penuh pengertian.*ng (*.*)
“Sekarang
fokus sama ulat, mengapa ulat itu kecil ya daripada kucing? #Upzz.. teman,
apakah yang Anda harapkan seharusnya tidak bertanya mengapa ia kecil, karena ia
sendiri tidak pernah mempermasalahkan mengapa ia kecil”
Dengan tulisan dari kutipan tersebut saya
diterima sebagai seorang anggota wanita yang lulus bersyarat FLP tanpa ampun. Tulisan
tersebut yakni tentang Hewan yang dimungkin-mungkinkan keadaannya. Jangan Tanya
mengapa saya harus menuliskannya. Mau tidak mau gelar bersyarat saya tanggung
resiko yang bangganya minta ampun (#werstling).
Inaugurasi
kita keren banget. Sampai-sampai saya pernah bersembunyi dibalik meja hanya
karena saya malu untuk bernyayi bersama teman-teman, bukan karena suara
cempreng, tapi karena saya paling cantik (*ehm). Tapi, sampai sekarang
hukumannya tidak ada, mohon jangan diingat-ingatkan kepada pak ketuanya ya,
nanti saya disuruh baca puisi (-_-). Oleh karena itu, saya yakin hasil
interview saya sampai sekarang baru satu orang lho, yakni Pak Robi, helloo
kenal tidak?(*diparagraf ini dan selanjutnya saya panggil “pak Robi” saja ya.
Sesungguhnya saya merasa kasihan mengapa banyak sekali yang harus menanyakan
riwayat hidup Pak Robi, teman saya nanya
ini itu, walah... saya ikut nimbrung sama teman-teman sajalah, saya Cuma nanya
“pak robi, pernah dirayakan ultahnya tidak? Kelahiran 1988 ya?”, Pak Robi ini
Cuma staycool, ya jawabannya “belum pernah dirayakan, eh iya saya lahir di
Bulan Maret 1988”. Pada note hasil interview Pak Robi, saya harus mengatakan
sebuah kejujuran dari lubuk hati yang ikhlas dan permanent serta real,
bermartabat, bijaksana, berbudaya (loh?!) bahwa beliau sebaya dengan abang
kandung saya yang paling kecil, nah..tahu tak? kalau abang saya yang seumuran
Pak Robi ini kerjaannya saudara-saudaraku, masih hobi memandikan ayam-ayam
piaraannya yang super banyak dengan shampoo manusia yang hilang dari tempat
seharusnya, ayam dan abang kandung saya kelihatan siapa yang paling bersihnya.
Ok deal? Pertanyaan interview saya yang kedua, belum saya dapatkan jawabannya
dari Pak Robi, dengan demikian Pak Robi punya PR, “mengapa ayam kalau nyebrang,
jalannya ke depan?” #sekian :D. Cuma itu yang mampu saya tanyakan kepada
beliau.
Maka
corel writing saya persembahkan kepada Lingkar Pena kita, mengingat dahulu saya
membayangkan Pak Robi ini wong jowo berkumis tebal, saya rela melukiskan bang
Robi berkumis tebal pula, itu hanya ilusi saya yang harus diungkapkan segera sebelum
terlambat. Corel Writing tidak bermakna apapun, hanya saja pada awal cover saya
melukiskan Pak Robi pada interviewnya, disanalah Corel Draw (#tempat menggambar
dan mendesain) maka Corel Write semenjak itu adalah saya. Saya kata orang
adalah penulis. Mesinnya tulisan. Sungguh judulnya tidak dapat dimengerti. Saya
pun tidak mengerti. Anda mengerti? Semoga tidak.
Saleum
FLP 12nd. Go Corel Write!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar