Setelah
meninggal Putri Ratna Istana sebagai permaisuri, Sultan Iskandar Muda Meukuta
Alam menikahi Putri Kamaliyah dari keluarga Diraja Pahang, yang kemudian
terkenal di Aceh dengan sebutan Putroe
Phang (Putri Pahang). Bagaimana cara Iskandar Muda mempersunting Putri
Jelita dari istana Kerajaan Pahang?
Buyong Adil dalam bukunya Sejarah Pahang., antara lain mengisahkan
bahwa pada bulan Juni 1613 Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam, Raja Aceh yang masyhur
gagah perkasanya itu telah menghantar suatu angkatan perang laut yang besar
datang menyerang dan mengalahkan Negeri Johor, Batu sawar dan Kota Seberang.
Bandar-bandar utama di Negeri Johor masa itu telah diduduki oleh orang-orang
Aceh. Mengikut setengah sumber, Iskandar Muda sendiri mengepalakan Angkatan
Perang Aceh yang menyerang negeri Johor itu. Sultan Alaudin Ri’ayat Syah III,
adinda baginda Raja Abdullah serta Bendahara Johor telah ditawan dan dibawa
kenegeri Aceh.
Setelah beberapa tahun di Aceh,
Sultan Alauddin Ri’ayat Syah III berjanji tidak akan lagi membantu Portugis
yang telah menduduki Malaka, maka Iskandar Muda membebaskan Sultan Alauddin dan
diantar kembali ke Johor serta ditabalkan kembali menjadi Sultan Johor. Tetapi,
ternyata kemudian Sultan Alauddin Ri’ayat Syah III lagi lagi menjadi alat
penjajah Portugis dalam rangka memperluas jajahannya di Semenanjung Tanah
Melayu.
Raja Alauddin membantu Portugis
untuk mengangkat Raja Bujang menjadi Sultan Pahang. Raja Bujang adalah pangeran
yang telah mengangkat sumpah setia kepada Portugis. Sebuah peristiwa dan langkah
politik yang dapat membahayakan eksistensi dan kedaulatan Kerajaan Aceh
Darussalam.
Karena itu, dalam bulan
September 1615, Iskandar Muda menyerang lagi Johor dengan angkatan yang lebih
besar dan Johor dikalahkan lagi. Sultan Alauddin ditahan dan dibawa ke Aceh,
sehingga meninggal disana. Serangan dilanjutkan ke Pahang yang telah bersekutu
dengan Portugis, seperti yang ditulis oleh Haji Buyong Adil. “Oleh sebab orang
Portugis telah menolong Sultan Johor menaikkan Raja Bujang menduduki tahta
Kerajaan Negeri Pahang, pada tahun 1617 Sultan Iskandar Muda telah mengeluarkan
angkatan perang Aceh menyerang negeri Pahang dan lasykar-lasykar Aceh yang datang
itu telah membinasakan daerah di negeri Pahang. Raja Bujang melarikan diri,
sementara ayah mertuanya, Raja Ahmad dan putranya yang bernama Raja Mughal
serta sepuluh ribu rakyat Pahang dibawa ke negeri Aceh. Seorang putri dari
keluarga Diraja Pahang, yang bernama Putri Kamaliyah, juga turut dibawa ke Aceh
yang kemudian diperistri oleh Sultan Iskandar Muda Meukuta Alam, dan Putri
Pahang itu termasyhur dalam sejarah Aceh karena kebijaksanaannya dan disebut
oleh orang-orang Aceh dengan sebutan Putroe
Phang.
Sumber sejarah lain mengatakan
bahwa penyerangan Aceh ke Pahang di tahun 1618 Sultan Pahang (Ahmad),
permaisuri dan Puteranya Thani dibawa ke Aceh sebagai tawanan perang. Tidak
lama setelah itu permaisuri menjadi janda iapun dinikahi oleh Sultan Iskandar
Muda. Sultan Iskandar Muda sangat mencintai dan mengasihi permaisuri Pahang
yang kini telah menjadi istrinya, yang kemudian dikenal oleh masyarakat Aceh
dengan sebutan “Putroe Phang” . Ia
sangat cantik dan cerdas. Kemungkinan-kemungkinan bahwa banyak keinginan
permaisuri ini dipenuhi oleh sultan
tidak mutahil. Dan jika dihubungkan dengan keputusan Sultan untuk melaksanakan
semacam 2 kejutan, maka sedikit banyaknya akan dapat dibayangkan betapa besar
cinta sultan pada Putroe Phang yang telah mempunyai anak Sultan Ahmad yang saat
itu masih berumur 7 tahun. Kejutan pertama adalah menikahkan putrinya Tajul
Alam Syafiatuddin yang masih remaja dan Sultan Ahmad, saat itu ia masih berusia
9 tahun. Sedangkan kejutan ke dua adalah menobatkan Sultan Ahmad menjadi Sultan
pengganti jika ia wafat. Disebut sebagai kejutan-kejutan karena sang anak tiri
sekaligus dijadikan menantu dan seterusnya dijadikan Putra Mahkota. Ketika ia
dinobatkan menjadi Sultan kemudian bergelar sebagai Sultan Iskandar Tsani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar