Siapakah dia?
Manusia selalu saja berkutat tidak habis-habisnya
membicarakan topic dia dalam
kehidupan. Dia adalah sosok yang belum kita ketahui . Memangnya
siapa dia? Jelas tidak lain dia adalah
topic yang selalu kita nantikan seumur hidup. Bahkan seakan kerasnya kita ingin
mengetahui lebih cepat, membuka hati dengan kunci yang salah. Bukan membiarkan
kuncinya dibuka oleh empunya, dengan terlenanya timbullah proses “pacaran”
dalam membina hubungan. (Hubungan? Masya Allah ya…)
Ingatlah,
camlah bahwa kita tidak perlu memaksakan cerita happy ending melalui proses pacaran, bahkan pacaran bukanlah proses
yang istimewa. Apalagi yang pacaran mencoba mengungkapkan gombal kelas
internasional “aku mencintaimu karena Allah,dek”, atau “dia serius sama saya
kok bang/kak/om/tante, kami akan menikah 1 atau 2 tahun lagi”, 1/2 tahun lagi?
Kenapa gak seminggu lagi atau saat ini juga? sejak kapan sih pacaran itu jadi
serius?(ciyuss?) Mau pacaran aja kok karena Allah? Gimana sih lagi pacaran
cintanya karena Allah? Jelas-jelas dalam kisah zaman nabi saja kita memang
tidak pernah melihat, mendengar apalagi menemukan istilah pacaran, kita hanya
mengenal ta’aruf untuk beberapa bulan sebagai perkenalan dan jika cocok
langsung menikah, jika tidak, proses itu akan terputus tanpa membuat lebih
banyak alasan lagi. Lantas hakikat ta’aruf sama sekali tidak sama dengan
pacaran. Jika saat ini ada yang mengatakan “lah jaman sekarang, siapa sih yang
gak pacaran?susah tau..”, nah jawaban apa sih yang harus kita beri?
Setiap
orang akan merasakan yang namanya pandangan
pertama, pandangan pertama akan selalu memberikan kesan tiada hingga.
Kesan pertama tersebut tidak terjadi dua kali dalam seumur hidup, ia akan
datang satu kali saja, tidak lebih. Itulah sebabnya mengapa pacaran hanya
menyisakan tindakan kekeliruan atas perasaan. Bahkan seseorang jika
ditinggalkan oleh ‘sang pandangan pertamanya’ dengan berbagai alasan kejadian
ketika berpacaran, misalnya: meninggal, maka ia akan berusaha mencari ‘sang
pandangan pertama yang kedua’ dan yang kedua kalinya akan disamakan dengan ‘pandangan
yang pertama’ sehingga timbullah kesan membedakan diantara keduanya, menyamakan
sang mantan dengan kenalannyaa yang kedua, akhirnya hubungan akan kandas
ditengah jalan, putus. Selanjutnya adalah ‘pandang pertama yang ketiga’, memang
ada ya pandangan pertama tapi yang ketiga kalinya? Memangnya benarkah perlu
pacaran sampai ketiga kalinya? Dan ini benar-benar dusta. Maka dari itu sebab
dalam agama kita hanya memberikan pandangan pertama satu kali saja ketika
berta’aruf atau seseorang yang kita sukai dan telah lama kita pendam namun
belum mampu memberi proposal kepada orang tuanya untuk ditunangkan karena
berbagai alasan, bersabarlah akan waktunya jika tuhan mengizinkan, pandangan
pertama itu akan melekat selamanya, melekatnya pandangan ini tidak tergantikan
sama sekali, dan tuhan memberikannya pada mereka yang menginginkan.
pacaran hanya membuat kisah sesaat yang akan
membiarkan kita nantinya terperangkap oleh perasaan kita sendiri, menangis,
sedih karena ditinggalkan, ya lihatlah harus berapa banyak kisah yang harus
kita umbar, kita ceritakan kepada mereka yang kita anggap orang yang dicintai,
jangankan setiap jam, setiap beberapa hitungan menit kita harus lapor apa yang
harus kita lakukan setiap saat melalui media yang tidak asing atau “sms” dan
anda tahu? Kita tidak lagi merdeka atas kehidupan kita. Kita tidak bebas. Dan
pada kenyataannya kita tidak lagi istimewa, dalam pandangan orang-orang yang
juga istimewa. Jelas, bagaimana dapat istimewa? Semuanya masalah kita ‘si doi’
tahu, apasih yang gak tahu? Mungkin kutu dalam rambut kita ‘si doi’ pun sudah
hitung (peace V).
Duhh.. saya pacaran ni sekarang. Jadi harus putus ya? Ah..
gimana dunk? Nanti dikira gak setia, berkhianat. Baiklah jawabannya adalah
simaklah kisah cinta Ali Bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra:
Cinta Ali dan Fatimah luar biasa indah,terjaga kerahasiaannya dalam
sikap,ekspresi dan kata hingga Allah mnyatakan mereka dalam suatu
pernikahan,konon saking rahasianya setan saja tidak tahu menahu soal cinta
diantara mereka.
Ali terpesona pda fatimah sejak lama, disebabkan oleh
kesantunan,ibadah,kecekatan kerja,& paras putri kesyangan Rasulullah itu.
Ia pernah tertohok dua kali saat Abu Bakar & Umar Bin Khattab melamar
Fatimah sementara dirinya belum siap untuk melakukannya.Namun kesabarannya
berbuah manis,lamaran kedua org sahabt yg tdk dragukan lg kesolehannya tsb
trnyata dtolak Rasulullah SAW.Akhirnya,Ali memberanikan diri. TERNYATA lamarannya
kepada Fatimah yang hanya bermodal baju besi diterima.
Disisi lain Fatimah ternyata telah memendam cintanya kepada Ali sejak
lama. Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari setelah keduanya menikah,
Fatimah berkata kepada Ali,"maafkan Aku krena sebelum menikah denganmu,Aku
pernah satu kali merasakan jatuh cinta kepada seorang pemuda dan aku ingin
menikah dengannya." Ali pun bertanya mengapa ia tetap mau menikah dengannya
dan apakah Fatimah menyesal menikah dengannya.Sambil tersenyum Fatimah
menjawab, "pemuda itu adalah dirimu".
Subhanallah
Nah, Cerita mana sih yang paling
romantic romeo and Juliet ataukah kisah ali and Fatimah az-zahra?setiap
seorangan akan merasakan proses mana yang lebih baik dan akan berjuang
untuknya. Segala sesuatu telah tertulis dan tercatat sejak dahulu didalam
kandungan ibu, seperti halnya umur, pada suatu ketika tuhan bertanya:
Tuhan: “kamu mau hidup didunia sampai umur berapa?”
Lantas kamu menjawabnya didalam rahim
sang ibu, bahkan versinya banyak sekali, dan sebagian dari kamu menjawab,
Kamu: ”saya ingin hidup 30 tahun atau saya ingin
hidup 100 tahun”, dan bahkan ada yang mengatakan “saya ingin 1 bulan saja tuhanku”
Kemudian tuhan bertanya lagi,
Tuhan: ”dimana, kapan, jam berapa engkau dapat ku
jemput wahai ciptaanku?”
Lantas engkau juga menjawab dengan
berbagai versi,
Kamu: ”Di rumah sakit tuhanku, atau saat sujud
tuhanku dirumahku sendiri”, bahkan ada yang menjawab, “setelah menghadari wisuda anak kandungku wahai tuhanku dalam tragedi
kecelakaan kendaraan bermotor”.
Begitu
pula dengan masalah perjodohan, demikian pula percakapannya. Bagaimana jodohmu
nanti juga akan tertulis, dimana hari/tempat/waktu bertemu, bagaimana prosesnya
apakah itu seromantis ali dan Fatimah atau bahkan dipaksa orang tua, atau yang
paling keren adalah dijejaring social yang dinamakan facebook. Sehingga prosesnya nanti akan terungkap
kisah manisnya ketika keturunanmu bertanya? Bagaimana ummi dan abi dapat
bertemu hingga menikah? Lantas bagaimana merealisasikan agar keinginan anda
anak menjadi shaleh, jika jawaban yang kita berikan yaitu kami berdua “pacaran”
nak.., atau kami bertemu dijejaring sosial nak, namanya facebook. ^^
Sebelum terjadi hal diluar batas keinginan yang tidak
mencerminkan keindahan, alangkah baiknya kita mengantisipasi dan menerapkan
pola pikir dan sikap yang indah dalam merencanakan perencanaan yang indah untuk
masa depan. Bukan masa depan orang lain, akan tetapi hal tersebut dititik
fokuskan masa depan kita sendiri karena
pada dasarnya yang memimpin jiwa kita
adalah diri kita sendiri serta berdoa kepada sang khalik semoga benar adanya
tuhan maha mendengar doa tersebut dan menjadikannya nyata sehingga kisah
tersebut menjadi teladan dan cerminan keturunan kita kelak yang sama sekali menyisakan
kebahagiaan bersama dalam metamorfosisnya.
Penulis
yang bernama bang Darwis Tere Liye pernah
berpesan, “oh dear, jika memang benar dua
orang saling menyukai satu sama lain itu bukan berarti mereka harus bersama
saat ini juga. Tunggu lah diwaktu yang tepat saat semua memang sudah siap maka
kebersamaan itu bisa menjadi hadiah yang hebat untuk orang-orang yang bersabar.sementara
jika waktunya belum tiba, sibukkanlah diri untuk terus menjadi lebih baik,
bukan dengan melanggar banyak larangan. Waktu dan jarak akan menyingkap rahasia
besarnya,apakah rasa suka itu semakin besar atau semakin memudar.”
Nah
jelas, jika yang saat ini pacaran katakanlah, persiapkanlah, matangkanlah
pikiran bahwa hanya jiwa yang labil-lah memakai proses yang demikian,
‘pacaran’. Karena dapat dikatakan bahwa setiap orang yang dapat dinobatkan
lebih dewasa belum tentu dewasa secara ilmu pengetahuannya, bahkan tokoh anak
kecil sekalipun dapat lebih mengerti karena ia patuh akan agamanya, sami’na wa ata’na (kami dengar dan kami
taat) tidak banyak protes dan berdebat atas kekeliruan lingkungan yang
mengajarkan kita mengikuti hawa nafsu yang terus membayang akan moleknya
keindahan dunia, ketika kaum adam dan hawa berkumpul dibumi tanpa iman, tanpa
mau peduli keyakinannya yang benar, tidak mau tahu akan ilmu maka lihatlah apa
yang terjadi jika terus berlanjut, padahal peraturan dan janji kehidupan telah
dibisikkan oleh tuhan dalam surah cintaNya, “laki-laki yang baik untuk wanita
yang baik”. Penasaran siapa dia? Saya juga.
Virtual cahaya
Virtual cahaya
zeeeeeee
BalasHapus