Virtual Cahaya

ich bin Gluckliche

Pelangi Untuk Ridha



Tentu, Aku rindu. Aku rindu kitab kuningmu, aku rindu senyum dan tawamu, dan sikap yang membuatmu tidak mengerti aku. Awalnya kita sama-sama tahu bahwa sejak lama aku bukanlah teman yang baik untukmu. Hanya saja kita sama-sama tahu, akhirnya kita dipertemukan untuk saling padu. Dahulu aku bersedih karena lantaran Tuhan memberinya melalui caramu, yang membuatku dan Tuhan (Allah) ridha akan persahabatan kita, mungkin pilu sebagai pengenal. Kini lebih baik mengenalmu.

Mungkin ini bukanlah cerita telenovela tentangmu yang berisi keteduhan pada janur hatiku, tetapi ini cerita apa adanya yang aku miliki tentang sebuah hikayat manusia. Meskipun Aku tahu Tuhan (Allah) segalanya bagi hatiku. Lantas mengapa aku tidak ingin mencintai sesuatu tanpaNya. Engkau seharusnya memang tahu tentang tragedi siapa pencengkram bumi dan keruhnya sebagian yang lain yang berada di atasnya. Kumpulan apapun tidak berarti kecuali satu, siapa temanmu.

Bukan.. Bukan.. Aku. Tetapi, janur hatimu. Dia membisik selalu. Kemana saja, engkau harus mengenalnya. Mengenalnya bukan dengan keseharian yang berilusi topeng pamungkas manusia bumi, tetapi ia terkadang sempurna bahaagia dikala engkau menjadi penyejuknya. Penyejuknya itu adalah apa yang seharusnya menghiasinya, amalmu kawan. Kesalihan akan membawamu sebening surga, lihatlah engkau akan seperti pelangi. Karena engkau mendengar bisikan kebaikan dan kecintaan hatimu. Tetapi, engkau akan tahu ketika hatimu binasa, kekacauannya yang datang silih berganti, hatimu digiring nista, kelumpuhannya akibat cantikmu tidak bersinggasana sedari biasa, engkau bahkan tidak mendengar suaranya, atau bahkan engkau mendengarnya, namun ia sakit lantaran bisa saja ia datang karena luka yang terlalu dalam, bukankah engkau tahu siapa yang mengaturnya?

Apa kabarmu yang sebenarnya adalah kabarku. Kabarmu adalah kabar seiring tragedi mesir kita. Kita akan bermain di surganya kelak jika kita percaya. Seperti mujahidin dan mujahidah. Jihad kita adalah birrul walidain, berbuat baik kepada orang yang menjaaga sedari kecil. Kemurungannya adalah cintanya kepadamu, biar hanya Allah yang tahu kebaikan dan dosanya. Semoga Allah menutupi dosanya dan mengangkat derajatnya dan bermain denganmu di surga kelak lantaran saling sebaya dan sama lah indah rupanya. Bukankah surga itu ada? Walau kesalahan sebesar bumi dan angkasa, walau ternyata kita terkadang tidak tahu apa yang hendak Allah beri di akhir ujungnya, tetapi percayalah dengan kekuatan ampunan dan doa selalu akan menyertai dirimu menuju ke sana. Begitu pula dengan Aku teman.

Aku tahu. Engkau yang merasakan cinta Tuhanmu yang lebih dalam sedangkan aku merasakan bagian cintanya yang lain. Mungkin esok atau lusa, pasti aku akan tahu. Namun, aku tidak tahu kawan. Berbahagialah, semua akan kembali. Ke surganya..... jihad seorang wanita adalah ibu. Ke surganya..... jihad seorang bidadari. Bukan perang yang utama, tapi ibumu yang tersisa. Begitu pesan nabiyullah yang telah tiada. Ajaklah ia bermain dalam taman surga. Memakai mahkota terbaik dengan hafalan dan pemaknaan kitabmu, yang selalu kau pegang bersamamu.

Maafkan, jika sesungguhnya aku ingin mengatakan, benar. Suatu hal akan reda, badai akan kembali cerah. Akan ada pelangi. Yaitu pelangi untuk ridha. Ridha, semoga engkau termasuk teman sepermainanku pula di surga. Untuk ridha, mungkin esok aku yang tiada. Semuanya butuh tersenyum karena ada pelangi setelah badai dan mendung di singgasana hatimu. Janji yang selalu pasti.


The palce that no eye has ever seen, the place that no heart has ever perceived. The place we've been promise to live in forever, the best of all. Paradise..Maherzain

 we'll be there together soon, to meet your father with pleased be upon.


2 komentar: