Virtual Cahaya

ich bin Gluckliche

Quu Amfusakum #PenaKamiTidakPuasa


Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya dari manusia dan batu, penjaganya malaikat yang kasar, keras, lagi tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.(Qur’an Surat 66 (At-Tahrim): ayat 6)


Bagaimanapun jua, dikala kita merasakan aman. Ada banyak kata yang harus terus dihujamkan hingga hati terkadang terasa begitu tergerus dan haus. Ada masa dimana selain menyambung wajah untuk saling bertatap, perlu memikirkan bagaimana kita bisa memiliki hati yang nyaman bersama saudara yang dapat saling mengingatkan. Adapula keinginan nyaman bagi kita itu, membuat saudara kita ingin memutuskan jabatan tali kesetiaan persaudaraan kala kata tak bisa mewakili walau hanya doa.

Jika kebiasaan telah menjadi biasa dan menimbulkan salah, terkadang ia tertutup serapat-rapatnya. Karena terdapat sebuah ibarat yang yang dituturkan,

Jika tapak kaki kita sudah keras, pijak paku dan duri pun tidak terasa apa sebab tumitnya sudah keras. Tapi kalau tapak kaki lembut, terpijak duri sedikit saja sudah berdarah. Demikian jugalah hati, kalau ia sudah keras tak terasa lagi bersalah jika berbuat dosa. TG Nik Abdul Aziz

Kita yang selalu tahu bahwa tak semuanya mampu dengan tindakan yang preventif dan saat kita tahu bahwa kita disisi yang lemah, akan ada selalu langkah yang ingin disampaikanNya untuk menengadahkan tangan. Menengadah meminta sedikit atau banyak. Ia tentu menerima. Begitulah ketika tak mampu.

Terlepas dari itulah, cintamu akan selalu ditagih olehNya. Cinta pada sanak saudaramu, sanak familimu. Cinta yang selalu dipertaruhkan paling utama. Jika ia maksum berbuat maksiat, kala ia keras bagai tapak kaki yang telah terbiasa. Selamanya adalah tugasmu, walau hanya tinggal doa kala itu. Karena banyak yang berpeluh soal kesanggupan dan kelelahan. Sanggup hingga terlalu dina dimata sanakmu sebab seolah mengkafirkan perbuatannya, lelahmu hingga kita kelak membiarkannya tenggelam dalam dalamnya semburat api nyala.

Lantas apa?

Quu Amfusakum.. Jagalah keluargamu, wa ahlikum naaraa, dari api neraka. Sejak dahulu engkau bersamanya dan berlalulah susah beserta senang bersamanya. Aku ingin selalu cukup menasehatinya tiga kali. Tapi, Tuhan katakan tidak. Bagaimana rasanya jika engkau disurga disaat bahkan sanakmu tidak ikut masuk bersamamu? Ia tenggelam dalam keniscayaannya yang begitu menydihkan, apakah ia ayahmu? Ia dahulu memberi azan di telingamu yang paling kanan dan menafkahi ragamu agar engkau menjaga ruhmu, atau ibumu yang jasanya melahirkanmu tidak sebanding dengan kebaikan dalam bentuk apapun, bagaimana jika ia saudara kandungmu? Yang menghabiskan waktu untuk saling menjaga, membantu ibu ketika susah memeliharamu sedari kecil, membantu mengerjakan tugasmu, dan memberi pelipur rasa bahagia dalam pertemanan siang dan malam. Lalu, meninggalkannya dalam bahaya?

Jagalah keluargamu. Ialah harta yang kau temui didunia, harta yang dititipkan. Engkau memilikinya. Sebagaimana engkau takut dicampakkan ke dalam siksanya begitulah seharusnya engkau mencintai saudaramu. Tariklah ia ke pangkuanmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar