Virtual Cahaya

ich bin Gluckliche

....................... #PenaKamiTidakPuasa


Al-Qur'an sebagai perisai, ibarat madu yang  termanis daripada madu Zainab, syair yang tidak ditemukan lebih indah selainnya, as-syifa bagi hati -hati dan jiwa-jiwa yang mulai durjana, sempit, dan terhimpit. Dia lah pembuka rasa hampa menjadikan bahagia dalam denyut dan air suci. Air suci  yang syahdu menemani lantunan dan damai menyertai. Duhai Allah. Bagaimana aku mendustai surat cintamu?

Demi namaKu (Engkau berkata), "Bacalah". Aku mulai membacanya sedari hati mengetuk. Duhai hati diliput damai, perlahan ku dayuh makna yang sempurna. Di sana ada harapan terbaru yang sekejap masuk dan mengubah letak. Aku melihat padang yang luas, tempat berkumpulnya para keluarga-keluarga Allah di bumi. Di sana aku menemukan semuanya berdiri menghadap Allah yang pengasih, Tuhan segala ciptaan. Semua yang dirasa merasuk malu, terjamah sesal hebat. Pecahlah pula sesak tangis seakan hati ihsan, melihatmu sedekat yang melebihi urat nadi. Membayang sisa-sisa lama yang enggan, kini dengan menjamah ayat "Bacalah", Engkau(Allah) berkata. Kemudian bulir air terjatuh. Allaahhh.... Allaaaahh... ya Kabiiirrr...

Kemudian aku buka segera, aku lantangkan tangan menunjuk, kaki yang terhimpit dan tumit menghitamkan dirinya, ku buka mata selayaknya ingin segera, lembar tergegas, semakin bergegas, semakin mengalun deras, semakin kuat kubuka, ketukan.

"Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur'an karena hendak cepat-cepat menguasainya." Al-Qiyamah: 16

Hatinya manusia yang melambung di atas tubuhnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar