Setidaknya
kita sadari bahwa setiap hari kita mempunyai lebih dari seribu ide cemerlang
yang dapat kita keluarkan serta merta. Ide yang seringnya besar menurut
masing-masing pribadi belum tentu terlihat besar untuk orang lain yang
merasakannya, ternyata bahkan ide orang yang tanpa sengaja dan berpikir posoitf
terhadap segala halnya menjadi begitu besar meskipun terlihat konyol. Semua
dapat memberikan ide kepada siapa saja, hanya saja ide yang besar bukanlah terletak
seberapa pintarnya kita. Akan tetapi, seberapa besarnya kita mengamati sesuatu
yang bahkan mungkin tidak pernah terbayangkan sebelumnya dalam benak orang
lain. ide ini lah yang kemudian dapat dikatakan ide yang luar biasa.
Ide yang luar biasa tentunya sangat didambakan oleh setiap individu.
Setiap orang dapat melahirkan ide yang luar biasa bagi siapa saja. Namun,
seberapa besarkah orang-orang saat ini berpikir positif? Kita dapat
menghitungnya dengan jari dilingkungan kita sendiri. Sulitnya berpikir positif
adalah kendala utama seorang sulit mengeluarkan ide cemerlangnya. Kendala itu
semakin memperbesar wilayahnya ketika kita enggan memerhatikan hal-hal kecil
yang memiliki daya potensi yang besar. Karena pada dasarnya kebanyakan pribadi
kerap memikirkan hal yang besar berasal dari hal-hal yang besar dan selalu
dimulai oleh hal yang begitu keras dan cenderung meluap-luapkan yang
besar-besar sebagai kekuatan utama.
Terdapat sebuah cerita dari
seorang guru yang sangat bijak hidupnya, beliau bertanya kepada siswanya yang
mengalami titik jenuh saat menghadapi proses belajar mengajar menghadapi Ujian
Nasional. Pertanyaannya adalah singkat,” anak-anak, mengapa pohon harus
dipotong?”. Apakah yang dapat kita beri atas jawaban guru ini? Kira-kira apakah
jawaban sang siswa yang ditanya?. “untuk sebuah keperluan buk, buat lemari,
pintu, kosen jendela, meja belajar, buffet televisi.” Jawab sang anak pertama
dengan sangat kritis. “pohonnya sudah tua buk guru.” Jawab sang anak
selanjutnya.”kalau pohon tidak dipotong, mungkin kehidupan juga tidak ada
buk..!” jawab sang anak yang terakhir. Namun, kelihatannya sang guru belum puas
atas jawaban yang telah diberikan. “lantas apa buk?”jawab siswa lain yang
terngiang heran.terlihat terdapat seorang anak tertidur pulas saat yang lain
menjawab pertanyaan, lantas pertanyaan tersebut diajukan kepadanya dan snag
anak terbangun.”tahukah nak? Apa pertanyaan saya?” Tanya sang guru.” Iya bu
guru, saya mendengar”.jawab sang anak yang dibangunkan tersebut. ”lantas apakah
jawaban yang dapat kau berikan kepada ibu?”.”teman-teman, buk, saya tahu buk
pohon itu memang harusnya dipotong karena ia tidak dapat dicabut, manusia mana
yang dapat mencabut pohon dengan tangannya? Tentulah tangannya yang akan
celaka” sang ibu kemudian terlihat tersenyum. Lantas teman-temannya
menggelengkan kepala (seolah jawaban yang banyol) dan sang anak yang menjawab
tadi kembali tidur di atas meja belajarnya. Sepertinya ia sangat kelelahan
bukan kepalang, Ujian Nasional diambang pintu dan ia beristirahat.
Apa yang dapat kita tanggapi
dalm kisah diatas adalah benar adanya. Banyak sekali permasalahan yang membuat
kita selalu berpikir kritis. Banyak pemikiran yang terlalu kritis ternyata
hanya membuahkan ide yang negatif atau hasil yang membuat orang yang memikirnya
terasa berat dan diajak untuk terus berpikir memusingkan kepala bahkan tidak
ringan untuk dirinya sendiri.
Memulai nilai-nilai positif
dalam menggapai hal-hal yang besar sangat diperlukan bagi mereka yang ingin
mencapai buah karya ide yang cemerlang. Semua berawal dari bagaimana cara
berpikir kita sehari-hari. Semakin banyak sudut pandang yang kita beri secara positif dan lugas semakin banyak pula
langkah yang menenangkan menuju ide yang besar. Sebahagian merasa sangat mudah
menggapai sikap positif, padahal layaknya kita sehari-hari cenderung tidak
menyadari kita telah terperangkap pada pemikiran yang merusakkan langkah kita untuk
berpikir positif, yakni terlalu kritis.
Berpikir negatif bukan hanya
tidak dapat memunculkan ide-ide yang cemerlang, akan tetapi, hal tersebut juga
akan merusak ketenangan dan kesenangan kita secara pribadi, seringnya kita akan
cenderung gundah gulana kemudian memunculkan perilaku su’uzan atau berburuk sangka.
Bukankah tidak menutup
kemungkinan ternyata kita adalah salah satu dari mereka, The negative thinker? Pada suatu kondisi pernah kita menegemudi kendaraan
bermotor menuju tempat kerja dalam keadaan bahagia, sambil bersiul dan
mendengarkan musik, eh? seseorang pengemudi motor lain ternyata memotong jalan
ada secara tiba-tiba sehingga anda harus memberi menekan rem dan berhenti
mendadak atau kita yang akan menabrak pengemudi lain. Lantas, rusaklah
kesenangan yang telah kita raih selama mengemudi senada mengeluarkan kata-kata
curhatan tanda kesal, Kita kesal bukan main mengetahui mereka yang memotong jalan
sembarangan tanpa meminta maaf dan telah mengusik kesenangan serta ketenangan.
Oya? Lantas, bagaimana jika suatu hari
ternyata kita dapat juga sewaktu-waktu mendapat julukan sang pemotong jalan?
Suatu kondisi telah membuat kita demikian, istri harus melahirkan dan anak demam
berdarah atau orang tua yang telah melahirkan kita tiba-tiba harus jatuh sakit,
dan membutuhkan kehadiran kita segera. Saya merasa mereka adalah anggota
keluarga yang sangat penting dan tidak ingin kehilangan mereka sehingga saya
harus memilih bersegera dengan memotong jalan orang lain. Bagaimana dengan
sikap pemotong jalan yang telah memotong jalan kita tadinya? Bukankah ia juga
sepatutnya demikian? Mungkin inilah yang dikatakan bahkan berpikir positif itu
sulit sekali untuk dilakukan bukan? *nodding..
Ada satu pepatah hebat yang
mengatakan:
Ketika
burung hidup, ia makan semut. Ketika burung mati, semut makan burung. Jadi,
waktu berputar kapan saja. Jangan merendahkan siapapun dalam hidup. Kita
menunjukkan penghargaan kepada orang lain bukan karena siapa mereka, tetapi
karena siapakah diri kita sendiri. Kita mungkin berkuasa, tetapi waktu lebih
berkuasa daripada kita.. satu pohon dapat membuat jutaan batang korek api, tapi
satu batang korek api dapatt membakar jutaan pohon. Jadi, satu pikiran negative
dapat membakar semua pikiran positif. BERPIKIRLAH POSITIF!
Bersiaplah atas hal yang akan
terjadi karena ia rentan sekali untuk tidak meminta izin anda. Dengan berpikir
baik dan positif, kita bahkan bisa menjadi sosok yang tiada lain, “ah iya,
santai saja”, Cukup memberi pertanda bahwa kita memang sedang dan akan selalu
bahagia memaknai kehidupan yang Tuhan berikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar