Posisi
nyaman menjadi taruhan. ibarat segitiga. Setiap sudut sisi memiliki tiga
dimensi makna. Sudut utama menjadi gambaran bahwa semuanya terlahir dalam
kehidupan, proses utama yang diawali oleh merangkak. Sudut kedua memberi sebuah
pemahaman seorang telah mencari jati diri dan memperoleh jati diri dalam
kehidupan. sudut ketiga adalah sudut terakhir yang diperoleh dalam kehidupan
supermaha cepatnya tanpa disadari telah berlalu. Proses tersebut adalah proses
terakhir yang menggambarkan seseorang berada pada usia lansia. Lantas, mengapa
lingkaran harus ada? Mengapa proses lingkaran menanungi sehingga memberi
kurungan yang pasti?
Akan ditemukan posisi dimana
ketika sang lansia, kecendrungannya yakni
moment yang sulit merubah kenyamanan seorang bapak-bapak merokok atau
kenyamanan ibu-ibu yang hari-harinya hanya suka membicarakan orang lain. Sebuah
lingkaran telah menjadi sebuah naungan yang awalnya dikira adalah sebuah ruang
lingkup yang nyaman. Ruang ini harus dicari agar yang kurungan tersebut
bukanlah kurungan yang tidak terbalut indah dalam pusarannya.
Sebuah cerita yang telah terabadikan oleh seseorang yang
tidak dapat berpikir keluar dari posisinya yang sudah seharusnya ia mampu.
Ialah seorang pengajar dan pendidik yang sangat baik dalam bidangnya dan mampu
berintegrasi dengan siswa yang diajarkannya. Disamping itu, terdapat sebua hal
yang membuat beberapa orang disisi lain merasa kecewa dan tidak diistimewakan
akan kehadirannya. Kehadirannya telah membuat beberapa siswanya merasa terganggu
soal proses pembelajaran karena soal sang guru yang lajang yang super smart,
super menghibur tidak dapat mengubah posisi dominannya sebagai penikmat virus
merah jambu. Sekilas menggambarkan penguasaan hatinya tergaduhkan dan terganggu
dari dalam. Keberadaannya di antara
wanita membuat siswa merasa diterror menggelitik oleh politik metode
mengajarnya dan ia terterror untuk mempunyai virus itu berkali-kali. kenyamanan
belajar hanya berakhir sedemikian rupa aksinya. Dapat dikatakan posisinya yang
bertindak pembelajaran sang kedewasaan kepada siswa tidak didapatkan sejak dari
dirinya sendiri. Ini adalah soal zona yang selama ini diagung-agungkannya.
Belum berhasil untuk di transformasikan menjadi bentuknya yang lain.
Mencoba mengkoreksi zona nyaman
kepada sang lingkungan dan mencoba bersahabat dengan berbagai tindakan adalah
solusi kurungan. Karakter tidak menentang akan zona yang nyaman dan
menyamankan. Semua yang telah diuji, dapat menjadi zona nyamannya. Namun, zona
nyaman yang berhenti pencariannya adalah ibarat bulatan segitiga yang
terkurungkan. Sedang karakter adalah soal penjiwaan yang bersifat emosional
dari pemilik individu. Berjauhan soal karakter terhadap zona maka menyababkan
zona adalah naungan dimana karakter itu berdiri. Bisa dipastikan karakter
“bersemangat dan berambisi”, zona nyamannya adalah melambatkan perintah Tuhan. Karakter
“pencemburu” dapat saja zona nyamannya merusak, adapula yang tidak. “ceria”
bukan berarti mampu keluar lagi dari zona nyamannya dari menngganggu hewan pada
ilalang. Karakter “estetika” bergerak dalam zona pengkoleksi karang laut secara
berlebihan juga seharusnya menjadi bahan pertimbangan yang merusak keseimbangan
ekosistem. Zona nyaman penggerak individu telah dipastikan bukan orang-orang
sekitar. Namun, hanya mampu jika pelaku pribadi adalah penggerak zonanya.
Pengkoreksian tindakan atas lingkungan dan kesesuaian individu lain
mengharapkan menjadi bahan segar peubah zona. Setidaknya, karakter yang saling
berbeda mendapat zona tetap saling menguntungkan lingkungan masing-masing.
Jika banyak substansi yang masih
merisihkan sekitar, semua mengerti soal zona nyaman. Watch your zone! Zona apa yang anda miliki? Temukan zona
kenyamanan terbaikmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar