Virtual Cahaya

ich bin Gluckliche

Tentang Kecemburuan Kami

Oh duhai yang kami sayangi, kami rindui kehadirannya, kami disini menjadi tidak berarti.
Karena engkau tiada melihat kami. Kami hanya melihatmu dari kejauhan.
Kami disini tak kunjung mendapat petuah pikirmu. Kenapa kami begitu cemburu?

Ialah kami mengaku kami tidak dipilih..
Kami disini melihat engkau dipilih, sedangkan kami terus melihat dan membayangkan kami bukanlah orang pilihan.
Tapi begitulah Tuhan menggariskannya..


                Sampai saat ini memang semua yang ada disekitar kita telah tertakdir. Kayu yang tertakdir menjadi meja, tertakdir menjadi kursi, lemari, bahkan pilar-pilar rumah atau kertas-kertas yang kini berserakan di bumi. Bulu-bulu domba dan buah kapas tertakdir menjadi benang dan benang disulap menjadi pakaian. Ketika air laut dapat ditawarkan, begitupula air tawar dapat diasinkan. Ketika tanah menjadi tempatnya tumbuh sang tumbuhan untuk berbuah dan buah diperjualbelikan dengan harga yang melambung dalam bentuk uang kertas. Kertas mungkin kini menjadi nilai tukar yang bernominal, padahal ia ibaratnya hanya sebuah kertas, mengapa nilai uang hanya kertas?adakah yang memberi jawaban? sedang emas terus menjadi nilai threshold atau batas yang menjadi nilai sang kertas menjadi turun layaknya. Sekarang siapa pula yang menjadi kaya?
                Mungkin dahulu ayam dapat berkokok dipagi hari saja, entah mengapa ayam sekarang tengah malampun akan jadi mencaungkan suaranya yang tak punya nomor duanya didunia kecuali adanya tiruan manusia yang suka meniru suara ayam. Bagaimana dengan kucing? Ia juga hanya punya suara yang langka didunia, kecuali adanya tiruan manusia. Akan tetapi, setidaknya kucing dapat dikategorikan mensituasikan makanan. Ada kucing makan apa saja bahkan tumbuhan dan kerupuk singkong serta roti manusia, ada pula kucing yang merasa dihargai ketika diberi ikan karena mungkin ibunya telah  mengajarkan ia sejak  kecil, ikanlah makanan yang istimewa. Adakalanya secara ilmu kadar manusia, kucing yang makan apa sajalah yang mungkin lolos seleksi dari kehidupan. Bayangkan jika manusia tidak sering memberi makan mereka ikan, maksudnya adalah mereka kucing liar. Tamatlah kucing ini. Adakah manusia merasa kasihan? “Meowww…meowww..!”
                Kita menjemput sesuatu yang telah dititipkan oleh pilihan Tuhan sendiri. Ini bukan hanya soal takdir setelah berusaha tapi ini juga soal titipan Tuhan. Jangan tanyakan mengapa mata saya biru sedangkan dia bermata hitam karena itu memang sudah diberikan. Mengapa kulit saya putih sedangkan kulit teman saya sawo matang. Soal ini juga Tuhan yang Maha Tahu dan sesekali tidak sempurnalah bentuknya jika dirubah walau sedikit saja. Lantas, yang terakhir mengapa Tuhan titipkan ia jenius sedangkan saya tidak? Mengapa Tuhan ciptakan ia demikian? Mengapa saya tidak jenius? Atau banyak yang telah berusaha sebagian dari mereka menjadi kaya dan sebagian dari mereka mungkin hidupnya lebih sederhana serta adapula yang tidak memiliki apapun atau hanya cukup makan sehari? Wahai teman, ini adalah lagi-lagi soal sifat jaiz Tuhan kita. Sifat jaiz nya lah yang membuat sosok Tuhan dapat berkehendak atas sesuatu. Apakah kita cemburu?


                Bukankah setiap baik dari laki-laki dan wanita telah mendapatkan bagian dari rezekiNya masing-masing ya? sehingga yang patut kita lakukan saat ini adalah sama-sama bersyukur. Kita yang tidak terpilih adalah orang-orang yang juga diciptakan oleh Tuhan kita untuk survive. Semua yang diberikan oleh sang pencipta tidak lebih layaknya sebuah ujian. Apakah kelebihan itu membuat kita semakin produktif dan bermanfaat  atau hanya menjadi malapetaka bagi orang lain? Apakah kaya, genius, indah dan tampan rupa yang telah dianugerahkan membuat ia semakin mengenal dirinya, Tuhannya, sekelilingnya atau bahkan ia telah menghancurkan seisinya? Bagaimana kiranya yang genius adalah genius yang malas atau memanfaat kejeniusannya sebagai trouble maker? Bagaimana pendapatmu jika yang kaya adalah kaya yang bengis dan dictator dan hasil korupsi? Yang berwajah indah dan tampan apakah seputih hatinya?olala.. lagi-lagi, bagaimana jika yang  miskin juga sombong? Bagaimana rezekinya akan datang? Lantas yang kekuatan IQ-nya sedang merasa malas dan tidak berusaha? Bukankah pada dasarnya yang Intelegensianya dikategorikan biasa jika ia mencari ilmu seperti rasa kehausan dan bekerja keras dapat pula menjadi kuat dalam berpikir? Apalagi yang tidak indah dan tampan masih mungkin dapat pangeran atau putri cantikkan sebagai pendamping hidup?karena hatinya cantik. Yang merasa tidak tampan atau indah jika merasa pula tidak tampan maka akan benar-benar tidak tampan. J prasangka itu menunjukkan kita ya? Atau bukan?
                Keseimbangan telah diciptakan didunia ini dan sudah seharusnya kita memaklumi, mengapa? Apakah yang genius adalah perintis bentuk pembangunan masyarakat secara universal? Jika yang kaya tentunya telah membuat sekitarnya merasa nyaman dan berbagi kesenangan? Apakah kita juga merasakan getahnya? Lihatlah jika keseimbangan ini rusak? Jika semuaanya harus orang kaya? Jika selama ini hanya ada orang yang jenius? Bagaimana pendapatmu jika didunia adalah semuanya berwajah indah atau semuanya berwajah dark complex (gelap) apakah terbentuk keseimbangan ? ketika ada yang bertanya pula, apakah jika semua meninggal dikuburkan apakah tanah dibumi ini akan habis? Maka dengan demikian tidak mungkin tanah akan habis, mengapa? Larena ada kesimbangan yang uhan ciptakan. Di India mungkin tepatnya kuburan tidak ada, tapi yang ada hanya abu manusia yang telah usai dibakar dan sebagian manusia telah Tuhan berikan tempat mati syahitnya seperti dalam perjalanan laut dan meninggal dilaut atau pesawat terbang. Keseimbangan ini yang telaah membuat kehidupan semakin indah. Semuanya telah tertuliskan dan Tuhan telah mengaturnya agar kita saling merasa senang karena terdapatnya perbedaan-perbedaan yang membuat  kita saling memaklumi dan membangun kesejahteraan bersama dan saling mengerti kekurangan serta kelebihan sebagai kekuatan dan potensi hidup sehingga semuanya hidup dalam lindunganNya. Hidup ini seperti surga dunia.

                Ah iya, maksudku mengapa aku begitu cemburu kepada mereka yang memiliki kelebihan saat ini tapi masih enggan menggunakan kelebihannya kepada yang pantas ia tujukkan? Mengapa aku begitu cemburu kepadamu tuanku ?.. jika saja kelebihan itu untukku, dunia inilah aku letakkan diantara kita semua. Bukan diujung telur yang mudah pecah seperti mungkin yang  telah tunjukkan. Jelaslah semua yang diberikan atas takdir usaha maupun pilihan Tuhan disana telah diuji sebenar-benarnya atasmu wahai  tuanku, sahabatku.J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar